“Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Demikian sebuah pepatah kuno yang terasa tetap up-to date hingga saat ini. Sebuah pepatah yang tidak hanya menyiratkan semangat untuk berbuat yang terbaik bagi tempat dimana seseorang hidup dan menjalani kehidupannya. Lebih dari itu, pepatah tersebut menggambarkan suatu rasa hormat dan apreasiasi mendalam terhadap tanah yang memelihara kehidupannya.
Dalam konteks Indonesia, pepatah tersebut sangatlah layak dan laik hidup subur di benak setiap anak bangsa. Bukan hanya karena kita adalah warga negara dari negeri yang permai ini, tetapi lebih dari itu, karena sikap mental itu secara inheren ada dalam akar budaya dari ratusan suku yang berkembang sumbur di negeri ini. Oleh karenanya, berbuat yang terbaik bagi negeri ini sudah menjadi suatu kewajaran yang tak perlu dipertanyakan lagi. Hal tersebut menjadi tidak terlalu sukar karena kekayaan sumberdaya alam dan budaya Indonesia yang luar biasa. Yang dibutuhkan tinggallah kemauan dan kemampuan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya bagi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.
Menghadapi era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, setiap daerah di negeri ini dituntut untuk kreatif dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya. Namun demikian, merupakan suatu kenyataan bahwa belum semua daerah memiliki kemampuan yang merata untuk itu. Hal ini membuat roda pembangunan tidak berderap dalam kecepatan yang berimbang antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tentu saja tidaklah mungkin untuk mengesampingkan ketertinggalan yang dialami suatu daerah. Sama tidak mungkinnya untuk menahan laju daerah yang telah berkembang lebih maju. Perlu dicari jalan tengah yang tidak hanya mampu merangkul daerah-daerah yang mengalami ketertinggalan tanpa menahan laju percepatan daerah lain yang telah maju.
Di hampir semua negara di dunia menyadari, bahwa sebuah negara yang kuat bergantung pada dimilikinya daerah-daerah yang makmur dan terkelola dengan baik. Sementara di hampir semua daerah di Indonesia, kemakmuran yang tersimpan sebagai sumberdaya alam, manusia, termasuk budaya yang dimilikinya masih relatif belum tersentuh. Masih diperlukan kerja keras untuk mengeksplorasi semua kekayaan yang ada untuk kemudian dikelola untuk kemakmuran dan kesejahteraan baik bagi masyarakat setempat maupun masyarakat luas.
Kedua kenyataan di atas tidak hanya menunjukkan betapa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan tetapi juga demikian banyak hal yang masih harus dikerjakan. Ini tidak hanya memberi peluang tetapi juga pemicu semangat bagi anak bangsa yang notabenenya adalah the heart of the land untuk berbuat yang terbaik, menjunjung langit dimana bumi dipijak.
Namun, sebelum kerja besar yang tampaknya akan bergulir dari generasi ke generasi, pengembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah perlu diangkat ke permukaan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan berbagai potensi yang tak terhitung banyak dan ragamnya, tetapi lebih dari itu bertujuan untuk membangun suatu kesadaran dan keperdulian anak bangsa.