Kopiah atau penutup kepala pria adalah hal yang umum dikenal di negeri ini. Umumnya terbuat dari kain beludru hitam, penutup kepala pria ini sempat menjadi salah satu ciri busana nasional. Bahkan sempat pula menjadi ciri kemusliman bagi para pria pemakainya. Memang, penggunaan kopiah hitam seolah tak bisa dilepaskan dari kegiatan ibadah seperti ketika melaksanakan sholat berjamaah di mesjid.
Demikian gambaran singkat mengenai penutup kepala yang umumnya melekat di benak anak negeri ini. Namun, seperti juga pelengkap busana yang lain, penutup kepala pria inipun tidak imun dari perkembangan mode. Belakangan ini penggunaan kopiah hitam sebagai penutup kepala telah pula tersentuh oleh laju perkembangan mode yang tak henti melanda. Hitamnya kopiah tidak lagi polos. Sulaman benang keemasan dengan disain unik yang tak jarang berbau etnis tradisional suatu daerah tampak mulai seringkali digunakan.
Selain kopiah bersulam, mulai marak pula penggunaan penutup kepala dari kain yang berbentuk bulat dan pas di kepala pemakainya. Seperti pada kopiah, berbagai disain sulaman juga tampak mempermanis penampilan penutup kepala yang bulat ini. Belakangan penutup kepala bulat ala Timur Tengah inipun mulai berkembang pesat. Tidak lagi hanya terbuat dari kain berhias sulaman, penutup kepala ini telah berkembang bahkan terbuat dari anyaman seperti pada Kopiah Keranjang dari Gorontalo.
Beruntung saya sempat mengunjungi desa tempat para pengrajin pembuatnya. Oleh karena, menurut beberapa orang Gorontalo yang sempat kami temui, para pengrajin kopiah keranjang ini sudah sangat jarang di masa sekarang. Kalaupun ada, biasanya mereka tinggal terpencil di kawasan pedesaan. Apa yang menarik dari Kopiah Keranjang dari Gorontalo ini? Pertama adalah keunikannya yang sangat kuat menampilkan warna etnis tradisional. Dan yang kedua adalah kenyamanan bagi pemakainya. Oleh karena terbuat dari anyaman, kopiah keranjang ini tidak terasa panas meski lama dikenakan. Yang ketiga, adalah bahan baku pembuatannya yaitu kulit kayu Pohon Mintu yang konon hanya ada di hutan-hutan Gorontalo
Tumbuhan Mintu, yang konon hanya tumbuh di hutan-hutan Gorontalo itu tak ubahnya seperti pohon rotan liar. Berbeda dengan rotan yang keras dan getas, sulur-sulur pohon Mintu tampak lebih lentur dan benyak mengandung air. Untuk membuat kopiah keranjang terlebih dahulu sulur Mintu dikeringkan di bawah matahari sampai warna kulitnya kecoklatan. Lalu dengan sangat hati-hati, kulit tersebut dilepaskan dari batangnya dengan menggunakan pisau khusus. Sedangkan bagian dalam batangnya yang mirip batang bambu dibelah-belah sebesar lidi.
Setelah seluruh proses persiapan bahan selesai, barulah penganyaman kopiah dilakukan. Menggunakan lidi yang terbuat bilah-bilah Mintu, Kopiah mendapatkan kerangka yang membuatnya tidak mudah berubah bentuk. Lidi Mintu yang biasanya sangat panjang itu kemudian dianyam dengan kulit batangnya sehingga terbentuklah kopiah seperti yang dikehendaki pengrajin. Bentuk Kopiah Keranjangpun bervariasi, ada yang berbentuk seperti kopiah konvensional ada pula yang berbentuk bulat. Apapun bentuknya, keunikan yang diciptakan oleh gradasi warna kulit Mintu tak pernah kehilangan pesonanya. Inilah yang membuat Kopiah Keranjang digemari.
Namun, seperti kebanyakan kerajinan khas daerah, Kopiah Keranjang Gorontalo ini tidak terlalu mudah ditemui di pertokoan. Disamping tingkat produksinya sangat tergantung pada semakin sedikitnya jumlah pengrajin, bahan baku yang berasal dari pohon Mintu pun hanya ada di Gorontalo. Oleh karenanya, sangat beruntunglah mereka yang memperoleh kesempatan untuk memiliki Kopiah Keranjang yang unik dan langka ini.